Lahir, Bandar Lampung, Sekolah dan nyantri di Pesantren, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sekarang Aktif Berkaligrafi dan menulis Puisi.
Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran, Pilar Fundamental Tata Kelola
Kamis, 20 Februari 2025 09:06 WIB
Transparansi dan akuntabilitas anggaran bukan sekadar jargon administratif
Transparansi dan akuntabilitas anggaran bukan sekadar jargon administratif, melainkan kebutuhan mendasar bagi terciptanya kepercayaan publik terhadap institusi pemerintah. Ketika setiap rupiah anggaran negara dapat dipertanggungjawabkan dengan jelas, masyarakat tidak sekedar menjadi penonton pasif dalam proses pembangunan. Mereka menjadi pengawas aktif yang memastikan bahwa sumber daya publik digunakan untuk kepentingan kolektif, bukan kepentingan segelintir elite.
Lahan Subur Bagi Korupsi
Praktik penganggaran yang tertutup telah terbukti menjadi lahan subur bagi korupsi dan inefisiensi. Pengalaman berbagai negara menunjukkan korelasi kuat antara rendahnya transparansi anggaran dengan tingginya tingkat kebocoran dana publik. Keterbukaan informasi anggaran bukan hanya tentang mempublikasikan angka-angka, tetapi menyediakan penjelasan komprehensif tentang prioritas belanja, dampak yang diharapkan, dan hasil yang telah dicapai.
Akuntabilitas melengkapi transparansi dengan memastikan adanya konsekuensi nyata atas kinerja pengelolaan anggaran. Tanpa mekanisme pertanggungjawaban yang efektif, transparansi hanya menjadi ritual kosong. Sistem audit yang independen, pengawasan parlemen yang kritis, dan partisipasi masyarakat sipil menjadi mata rantai tak terpisahkan dalam ekosistem akuntabilitas anggaran. Ketika pejabat publik menyadari bahwa setiap keputusan anggaran mereka akan dievaluasi secara ketat, insentif untuk bertindak demi kepentingan publik menjadi lebih kuat.
Kemajuan teknologi informasi membuka peluang baru bagi penguatan transparansi dan akuntabilitas. Portal anggaran terbuka yang dapat diakses secara real-time, visualisasi data yang mudah dipahami, hingga aplikasi pelacakan proyek pembangunan menjadikan pengawasan anggaran bukan lagi hak eksklusif elite pemerintahan. Masyarakat dari berbagai lapisan kini memiliki kesempatan untuk memahami dan mengkritisi alokasi sumber daya publik.
Transparansi Dan Akuntabilitas Sebagai Budaya Birokrasi
Transformasi budaya birokrasi menjadi prasyarat keberhasilan transparansi dan akuntabilitas anggaran. Resistensi terhadap keterbukaan seringkali berakar pada mentalitas lama yang menganggap informasi sebagai sumber kekuasaan yang perlu dimonopoli. Reformasi anggaran harus disertai dengan perubahan pola pikir bahwa keterbukaan justru meningkatkan legitimasi dan efektivitas kerja pemerintah. Ketika pertanyaan publik dipandang sebagai kontribusi konstruktif, bukan ancaman, barulah transparansi anggaran dapat mencapai potensi penuhnya.
Penerapan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas anggaran bukan tanpa tantangan. Keseimbangan antara keterbukaan dan kerahasiaan untuk kepentingan strategis nasional, kompleksitas teknis dalam penyajian informasi anggaran, hingga kapasitas masyarakat dalam memahami dokumen fiskal menjadi hambatan yang perlu diatasi. Namun, tantangan ini tidak boleh menjadi alasan untuk mempertahankan ketertutupan. Komitmen politik yang kuat dan investasi berkelanjutan dalam literasi anggaran publik menjadi kunci untuk mengatasi berbagai kendala tersebut. Transparansi dan akuntabilitas anggaran adalah investasi jangka panjang dalam kualitas demokrasi dan pembangunan ekonomi. Ketika masyarakat meyakini bahwa kontribusi pajak mereka dikelola dengan bertanggung jawab, kepatuhan pajak meningkat dan kepercayaan pada institusi publik menguat. Pemerintahan yang berani membuka diri terhadap pengawasan publik pada akhirnya akan menuai legitimasi yang jauh lebih kuat dibandingkan mereka yang bersembunyi di balik kerahasiaan.

Penulis Indonesiana
5 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler